ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SEBAGAI ALAT PENILAIAN KUALITAS PELAYANAN PERUSAHAAN
Oleh: Suparno Saputra, SE.,MM
Dosen Tetap Jurusan Pemasaran Politeknik Pos Indonesia
e-mail; suparnosaputra454@gmail.com
Ketika perusahaan menyusun rencana kegiatan usaha, maka diperlukan proses pengambilan keputusan yang menuntut ketepatan sesuai dengan situasi lingkungan yang akan dihadapi. Agar proses pengambilan keputusan dimaksud dapat dipertanggung jawabkan, maka diperlukan teknik yang tepat sehingga pilihan yang telah diambil tidak salah dan merugikan perusahaan. Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah suatu teknik kuantitatif yang dapat membantu memudahkan pimpinan perusahaan menyelesaikan secara terstruktur persoalan yang dihadapi dengan atribut/element/dimensi persoalan multi-kompeks, serta mampu menyajikan metodologi yang objektif untuk menentukan keputusan di antara serangkaian alternatif solusi strategis yang harus dipilih (Rangone, A, 1996).
AHP pertama kali diperkenalkan oleh Saaty (Winston, 1993). Teknik AHP telah diimplementasi pada berbagai bidang persoalan perusahaan seperti; perencanaan sistem transportasi, penyusunan portofolio bisnis, penyusunan corporate planning and marketing, dan lain sebagainya (Canada and Sulivan, 1989). Tahapan alur proses AHP mencakup; (a) menyusun tingkat kepentingan relatif di antara atribut/elemen/dimensi keputusan dengan meminta pendapat pihak-pihak yang berkepentingan, berkompeten, memiliki pengalaman praktis dalam area bisnis perusahaan, dan memiliki kewenangan di dalam organisasi perusahaan, mereka bisa terdiri dari para karyawan dan pimpinan perusahaan sebagai pengambil keputusan, pendapat mereka tersebut kemudian dianalisis dengan metode analisis perbandingan, (b) tahap selanjutnya adalah melakukan pembobotan secara algoritmik untuk masing-masing atribut/elemen/dimensi, (c) kemudian menentukan alternatif solusi untuk masing-masing atribut, (d) menentukan skor akhir yang ingin dicapai dari masing-masing alternatif solusi yang telah disusun, (e) terakhir menyusun rating nilai/skor masing-masing alternatif solusi tersebut dan pilih yang mempunyai nilai atau skor tertinggi/terbaik.
Langkah-langkah AHP adalah sebagai berikut; (a) Tentukan terlebih dahulu atau buat struktur hirarki keputusan untuk penyelesaian persoalan dalam rangka pencapaian tujuan tertentu. (b) Tentukan tingkat skala kriteria prioriras relatif yang menggambarkan tingkat kepentingan relatif dalam hubungan dengan elemen keputusan yang berada pada level yang lebih tinggi dengan pola perbandingan berpasangan. (c) Tentukan atau hitung rating alternatif pengambilan keputusan, kemudian lakukan pembobotan rating dengan skala prioritas relatif. (d) Selanjutnya periksa atau cek kembali konsistensi perbandingan keputusan yang telah diambil.
Sebagai contoh kita mempunyai problem dengan n atribut/elemen/dimensi (A1, A2, A3, A4, dan A5) dengan tiga Alternatif keputusan (S1, S2, dan S3). Langkah pertama dari AHP adalah membangun struktur hirarki penilaian persoalan. Asumsi dasar struktur hirarki disini adalah bahwa semua atribut/elemen/dimensi yang terlibat harus benar-benar bersifat homogen, bebas/tidak terikat, dan tidak redundant atau tumpang tindih satu sama lainnya.
Langkah berikutnya adalah mengumpulkan informasi untuk menentukan tingkat kepentingan relatif dari dimensi-dimensi permasalahan yang sangat menentukan (misalnya dimensi servqual) dengan memanfaatkan/melibatkan pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan pengalaman di dalam lingkungan perusahaan/organisasi yang menjadi objek untuk dimintakan tanggapannya. Kemudian hasil tanggapan tersebut dituangkan ke dalam matrix perbandingan berpasangan.
Verbal Judgement Numerical Rating
Extremely preferred 9
Very strongly preferred 7
Strongly preferred 5
Moderately preferred 3
Equally preferred 1
Dalam menentukan penilaian (sebagai data mentah) dari atribut/elemen/dimensi persoalan, mintakan pendapat para pihak yang dianggap memiliki kompetensi dalam perusahaan dengan cara membandingkan satu sama lain atribut/dimensi tersebut. Misalnya hasil penilaian perbandingan antar atribut/dimensi dimaksud adalah sebagaimana tertuang pada tabel 2 berikut :
Tabel 2. Matrix of Pair-wise Comparison
A1 A2 A3 A4 A5
A1 1.00 3.00 0.50 6.00 0.20
A2 0.33 1.00 0.17 2.00 0.07
A3 2.00 6.00 1.00 12.00 0.03
A4 0.17 0.50 0.08 1.00 0.03
A5 5.00 15.00 2.50 30.00 1.00
Total 8.50 25.50 4.25 51.00 1.33
Sumber: data hipotetis
Data hasil perbadingan berpasangan pada tabel 3 di atas ditentukan dengan pola matrix equation.caranya adalah dengan melakukan perbandingan nilai secara berpasangan di antara n atribut/elemen/dimensi aij = wi/wj yang menunjukkan rasio bobot element i ke j. Nilai bobot vector w diperoleh melalui penyelesaian problem eigenvector: Aw=maxw, dimana matrix A terdiri dari aij dan max hasil atau nilai dari perbandingan berpasangan haruslah konsisten. Data pada matrix tabel 3 di atas selanjutnya dilakukan normalisasi dengan cara membagi masing-masing nilai atribut/element/dimensi dengan jumlah/total nilai masing-masing yang selanjutnya dilakukan pembobotan. Hasil normalisasi dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Normalisasi Matrix of Pair-wise Comparison
Penentuan Nilai bobot prioritas
A1 A2 A3 A4 A5 Jumlah Nilai Bobot
A1 0.12 0.12 0.12 0.12 0.15 0.62 0.13
A2 0.04 0.04 0.04 0.04 0.05 0.21 0.04
A3 0.24 0.04 0.24 0.24 0.03 0.77 0.16
A4 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03 0.10 0.02
A5 0.59 0.59 0.59 0.59 0.75 3.10 0.65
Jumlah 1.00 0.80 1.00 1.00 1.00 4.80 1.00
Sumber: data hipotetis diolah
Selanjutnya untuk mengetahui apakah nilai hasil perbandingan berpasangan tsb valid atau tidak, maka harus dilakukan pengecekan konsistensi nilai pair-wise matrix. Saaty memberikan langkah-langkah dalam mengecek konsistensi indek (CI) sebagai berikut :
1. Hitung/tentukan nilai Awt
2. Hitung/tentukan nilai R dengan cara;
3. Hitung/tentukan CI dengan cara :
4. Bandingkan nilai CI dengan Tabel Nilai Random Index (Winston, 1993), dengan cara; CI/RI
Tabel 4. Nilai Random Index (RI)
N RI
2 0
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1.32
8 1,41
9 1,45
10 1,51
Sumber: Winston, (1993)
Jika CI nilainya cukup kecil, maka nilai-nilai perbandingan yang dibuat oleh pengambil keputusan (nilai-nilai pada tabel 3) adalah cukup konsisten dan dapat dipakai untuk mengestimasi bobot tujuan. Biasanya jika CI/RI <> 0,1 berarti sangat tidak konsisten. Misalkan kita mempunyai tiga alternatif solusi keputusan sebagaimana tertuang pada tabel 4 berikut :
Tabel 5. Alternatif Solusi Keputusan
A1 A2 A3 A4 A5
Alternatif Solusi 1 0,2 0,3 0,3 0,1 0,1
Alternatif Solusi 2 0,5 0,2 0,1 0,1 0,1
Alternatif Solusi 3 0,2 0,2 0,1 0,2 0,3
Sumber: data hipotetis
Kemudian tentukan total skor untuk tiga alternatif tersebut di atas dengan mengintegrasikannya dengan nilai bobot vector yang terdapat pada tabel 3, dan hasilnya adalah sebagai berikut :
A1 A2 A3 A4 A5
Alternatif 1 : (0,2 x 0,13)+(0,3 x 0,04)+(0,3 x 0,16)+(0,1 x 0,02)+(0,1 x 0,65) = 0,154
Alternatif 2 : (0,5 x 0,13)+(0,2 x 0,04)+(0,1 x 0,16)+(0,1 x 0,02)+(0,1 x 0,65) = 0,156
Alternatif 3 : (0,2 x 0,13)+(0,2 x 0,04)+(0,1 x 0,16)+(0,2 x 0,02)+(0,3 x 0,65) = 0,249
Berdasarkan perhitungan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa Alternatif ketiga adalah alternatif solusi terbaik yang dipilih, karena perolehan skornya terbesar, yaitu sebesar 0,249.
Argumentasi yang harus disepakati adalah bahwa dengan melakukan modifikasi teknik/prosedur AHP, maka teknik ini dimanfaatkan untuk menilai service quality yang diberikan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa/pelayanan. Modifikasi teknik/prosedur AHP didasari oleh kenyataan bahwa industri pelayanan sangatlah variatif dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan lainnya, misalnya industri transportasi berbeda dengan industri perbankan, dan berbeda pula dengan industri pelayanan kesehatan.
Dalam industri pelayanan, konsumen terlibat langsung dalam proses produksi, dan dalam kaitan inilah Parasuraman et al (1994) menekankan pada lima dimensi yang harus diperhatikan dalam mengukur service quality, yaitu; reliability, responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Kelima dimensi service quality ini mempunyai tingkat kepentingan relatif yang berbeda-beda untuk masing-masing jenis industri pelayanan. Dengan alasan ini maka teknik/prosedur AHP cukup tepat digunakan untuk menentukan, memonitoring, atau untuk memeriksa kinerja service quality.
Dalam studi kasus ini diambil contoh industri postal service (dalam hal ini PT Pos Indonesia) khususnya dalam pelayanan pengiriman barang (logistikpos). Data yang dipergunakan dalam kasus ini adalah data hasil penelitian suparno saputra (2007) mengenai “keterkaitan service quality, satisfaction, trust, reputation, switching costs dan loyalty dalam pelayanan logistikpos yang diselenggarakan oleh Unit Bisnis Logistik Branch Office Bandung”. Hasil pengukuran untuk kinerja service quality yang diberikan oleh Unit Bisnis Logistik (survei terhadap 360 responden menggunakan 5 point likert scale) menunjukkan hasil sebagaimana tertuang pada tabel 6 berikut :
Tabel 6. Mean Score Dimensi Servqual
Dimension Mean Score
Reliability 2,84
Responsiveness 3,12
Assurance 3,12
Empathy 2,86
Tangible 3,53
Sumber: data penelitian diolah
Selanjutnya dari hasil pengumpulan informasi berkaitan dengan tingkat kepentingan relatif dimensi servqual yang harus diperhatikan oleh perusahaan (hasil wawancara terhadap beberapa staff pegawai yang telah memiliki pengalaman yang cukup dan dianggap memiliki kompetensi/wawasan bidang pelayanan di Unit Bisnis Logistik Branch Office Bandung menunjukkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Matrix of Pair-wise Comparison
Rel Res Ass Emp Tan
Rel 1.00 4.00 0.75 3.00 0.25
Res 0.25 1.00 0.19 0.75 0.06
Ass 1.33 5.33 1.00 4.00 0.08
Emp 0.33 1.33 0.25 1.00 0.08
Tan 4.00 16.00 3.00 12.00 1.00
Total 6.92 27.67 5.19 20.75 1.48
Sumber: data penelitian diolah
Dengan mengikuti prosedur AHP selanjutnya data tebel 7 di atas dilakukan normalisasi perbandingan berpasangan dilihat dari tingkat kepentingan relatif masing-masing dimensi servqual satu sama lain, hasilnya tertuang pada tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Normalisasi Matrix of Pair-wise Comparison
Penentuan Nilai bobot prioritas
Rel Res Ass Emp Tan Jumlah Nilai Bobot
Rel 0.14 0.14 0.14 0.14 0.17 0.75 0.15
Res 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.19 0.04
Ass 0.19 0.04 0.19 0.19 0.06 0.67 0.14
Emp 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06 0.25 0.05
Tan 0.58 0.58 0.58 0.58 0.68 2.99 0.62
Jumlah 1.00 0.84 1.00 1.00 1.00 4.84 1.00
Sumber: data penelitian diolah
Dengan menintegrasikan hasil pengukuran service quality tabel 6 dengan hasil normalisasi matrix pair-wise comparison mengenai tingkat kepentingan relatif dimensi servqual tabel 8 di atas, kemudian dapat ditentukan index kualitas (Quality Index) sebagai berikut
Quality Index = (0,15 x 2,84) + (0,04 x 3,12) + (0,14 x 3,12) + (0,05 x 2,86) + (0,62 x 3,53)
= 3,316
dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui, bahwa Indeks kualitas (QI) untuk pelayanan logistikpos sebesar 3,316. Dengan demikian maka seluruh mata rantai aktivitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan minimal berada pada level nilai indeks kualitas tersebut. Meningat angka tersebut menunjukkan nilai minimal, maka usaha dan upaya yang dilakukan oleh perusahaan seyogyanya berada di atas level quality index tesebut
Pembahasan dan Kesimpulan
Aspek kualitas telah menjadi fokus perhatian setiap pelaku bisnis, terlebih lagi dalam era industri yang semakin kompetitif. Vincent Gaspersz, (1997:3) menegaskan bahwa untuk memenangkan kompetisi, pelaku bisnis harus memberikan perhatian penuh kepada kualitas, hal ini karena kualitas akan memberikan dampak positif kepada bisnis, yaitu dampak terhadap biaya produksi dan pendapatan. Pernyataan tersebut sangat beralasan mengingat setiap perusahaan atau pelaku bisnis rentan terhadap serangan pesaing, serangan dapat datang dari dua jenis pesaing; pendatang baru (new entrants) dalam industri dan pesaing mapan (established competitor) yang memperbaiki posisinya (Michael E Porter, 1994:478).
Agar produk (barang dan jasa) yang dihasilkan perusahaan dapat diserap oleh konsumen sesuai dengan terget yang diinginkan, diperlukan berbagai upaya perbaikan dalam program marketing perusahaan dengan cara memahami kebutuhan dan keinginan konsumen, sebagaimana pendapat Finkelman and Goland, (1990) dalam Heikki Koskela, (2002:23) “companies need to develop a detailed understanding of customers’ expectations in each stage of their ownership experience, develop supporting procedures and establish evaluation and incentive systems in order to satisfy customers”. Hal senada diungkap oleh Zairi, (2000) dalam Harkiranpal Singh, (2006:4) berpendapat “konsumen merupakan sasaran utama dari setiap aktivitas yang dilakukan perusahaan dan konsumen tidak tergantung pada perusahaan, tetapi sebaliknya perusahaan yang sangat tergantung pada konsumen”. Konsep ini dapat ditafsirkan secara lebih luas, bahwa masa depan dan tingkat keamanam perusahaan sangat tergantung pada konsumen, dengan alasan inilah, maka saat ini banyak perusahaan berusaha memberikan perhatian terhadap permasalahan kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen dengan tujuan agar konsumen loyal terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kurir (courier services) atau sering disebut jasa titipan sangat berkepentingan terhadap pengembangan kualitas pelayanan. Dalam proses transaksi pengiriman ini, konsumen sangat berharap mendapat pelayanan yang berkualitas seperti yang dijanjikan perusahaan meliputi; pengiriman tepat waktu (on time delivery), cepat (speed), aman (secure) selama pengiriman, serta adanya fasilitas jejak dan lacak (track and trace) yang memudahkan konsumen mengetahui status barang/dokumen yang dikirim. Di sisi lain konsumen juga berharap mendapatkan pelayanan yang nyaman meliputi unsur kebersihan dalam pelayanan, sopan serta tarif yang bersaing. Jika perusahaan mampu memenuhi tuntutan tersebut, berarti perusahaan mampu menciptakan keunggulan pelayanan, sebagaimana yang diungkap oleh Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005:119) “keunggulan pelayanan dibentuk melalui pengintegrasian empat pilar yang saling berkaitan erat: kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan pelayanan”.
Dalam upaya perusahaan melakukan pembenahan kinerja kualitas pelayanan, maka pihak manajemen perusahaan seyogyanya memiliki acuan indeks kualitas dalam memonitor seluruh mata rantai kegiatan perusahaan, dan level indeks kualitas pelayanan ini secara kontinyu dari waktu ke waktu mutlak harus ditingkatkan sejalan dengan perubahan perilaku konsumen dalam menentukan pilihan, sehingga perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing, mengingat persaingan dalam industri di masa mendatang semakin kompleks.
Refferences :
Canada, J.R. and Sulivan W.G (1989), Economic and Multiatribute Evaluation of Advanced Manufacturing System, Prentice-Hall, Englewood Cliffs. N.J.
Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, 2005. Service, Quality, and Satisfaction, Andi Offset,Yogyakarta.
Heikki Koskela (2002) “Customer Satisfaction and Loyalty in After Sales Service: Modes of Care in Telecommunications Systems Delivery” Helsinki University of Technology Department of Industrial Engineering and Management, Internet http://www.tuta.hut.fi/ ISBN 951-22-5982-6 ISSN 1239-4831.
Harkiranpal Singh, 2006 “The Importance of Customer Satisfaction in Relation to Customer Loyalty and Retention. Asia Pacific University College of Technology & Innonavation”, Malaysia.
Michael E. Porter, 1994. Keunggulan Bersaing Menciptakan dan Mempertahankan Kinerja Unggul. Binarupa Aksara, Jakarta.Indonesia.
Parasuraman, A., Zeithaml, V.A., and Berry, L.L, (1994), Reassessment of Expectation as a Comparison Standard in Measuring Service Quality: Implications for Further Research, Journal of Marketing, 58, Januari 1994, 111-124.
Rangone, A. (1996), An Analytical Hierarchy Process Framework for Comparing The Overall Performance of Manufacturing Departments, International Journal of Operation & Production Management, 16 (8), 104-119.
Suparno Saputra, (2007): Keterkaitan Service Quality, Satisfaction, Trust, Reputation, Switching costs, dan Loyalty.
Vincent Gaspersz, 1997. Manajemen Kualitas, Konsep-konsep Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total. PT Gramedia Pustaka Utama.
Winston, W.L. (1993), Operation Research: Aplications and Algorithms, Duxbury Press, 1993.
-----o0o-----
Catatan:
Info lebih jauh Hubungi: www.suparnosaputra.blogspot.com atau suparnosaputra454@gmail.com